BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Tahap
remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu
tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk
tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik
seseorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan
lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang
berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja (Soetjiningsih,
2004).
Batasan
remaja menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) adalah usia 12 sampai 24
tahun.
Ketika
anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan
keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap
ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih
lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Tujuan
keluarga yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga
memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam
persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977).
Preto
(1988), dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam masa remaja,
menguraikan metamorphosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini meliputi
“pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan
sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja,
pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orang
tua karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang
dihadapi oleh kakek-nenek dalam usia tua”.
Tahap
kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu yang paling
banyak diperbincangkan dan di tulis (Kidwell et al, 1983).
Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan
anak remaja bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja
dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan
biologis (Kidwell et al, 1983), serta konflik-konflik dan krisis berdasarkan
perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja
yang menyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang meningkat),
budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antar
generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antar orang tua dan remaja).
1.1.1 Tugas-Tugas
Perkembangan Keluarga
a. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja
putri atau putranya secara progresif dari hubungan dependen ke
arah suatu hubungan yang semakin mandiri (independen).
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama
tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya orangtua, harus membuat “perubahan
sistem” utama yaitu membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan”
remaja.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Banyak sekali pasangan suami istri yang telah begitu
terikat dengan berbagai tanggung jawab sebagai orangtua sehingga perkawinan
tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan mereka.
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan
anak-anak.
Seringkali terdapat saling tolak-menolak antara
orangtua dan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup. Orangtua yang berasal dari
keluarga dengan berbagai macam masalah terbukti seringkali menolak dan
memisahkan diri dari anak mereka yang tertua, sehingga mengurangi
saluran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya.
Selain itu dalam buku Komang Ayu (2010) ditambahkan
tugas perkembangan keluarga pada tahap V adalah memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab.
Duvall (1977) mengidentifikasi tugas-tugas
perkembangan yang penting pada masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri.
Friedman (1957) juga mendefinisikan serupa bahwa tugas orangtua selama tahap
ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.
Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan
segala kelemahan dan kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah
peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau sensitifitas yang
tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam penerimaan diri yang sama.
Hubungan antara orangtua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orangtua merasa
produktif, puas, dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri (Kidwell et
al, 1983) dan orangtua/keluarga berfungsi fleksibel (Preto, 1988).
Shultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan
pandangan mereka bahwa kompleksitas kehidupan Amerika yang meningkat telah
membuat peran orangtua tidak jelas. Orang tua merasa berkompetisi dengan
berbagai kekuatan sosial dan institusi-mulai dari otoritas sekolah dan konselor
hingga keluarga berencana dan seks pranikah dan pilihan kumpul kebo.
Faktor-faktor lain menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut.
Karena adanya spesialisasi jabatan dan profesi, orangtua tidak lagi bisa
membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas
penduduk dan kurangnya hubungan orang dewasa yang kontinu bagi
remaja dan orangtua, selain ketidakmampuan banyak orangtua untuk mendiskusikan
masalah-masalah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan
obat-obatan secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-anak mereka juga
memberikan kontribusi pada masalah-masalah orangtua-remaja.
1.1.2 Masalah-Masalah Kesehatan
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga
biasanya baik, tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting.
Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga,
seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat. Mulai dari usia 35 tahun,
resiko penyakit koroner meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota
keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian
dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka lebih menerima
strategi-strategi promosi kesehatan. Sedangakan pada remaja, kecelakaan, patah
tulang dan cedera karena atletik umum terjadi.
Penyalagunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga
berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks
merupakan bidang-bidang perhatian yang relevan.
Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang
dukungan dan bantuan memperkokoh hubungan perkawinandan hubungan remaja dengan
orangtua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau memulai rujukan ke
sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang
bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan. Pendidikan
promosi kesehatan umum juga diindikasikan.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Contoh Kasus
Dalam Lingkup Ruang Klinik Bersalin Yuliana masalah kebidanan komunitas
yang banyak dijumpai yaitu adalah permasalahan Remaja. permasalahan yang
sangat mencolok atau sangat tinggi presentasinya adalah permasalahan
remaja pada Kehamilan Dini ( yg dikarenakan sex bebas sehingga mengakibatkan
pernikahan dini dan hamil diluar nikah ). Rata-Rata remaja yang mengalami
permasalahan tersebut berkisar antara umur 15-19 tahun ( Dibawah umur 20
tahun), dan presentasi yang paling banyak adalah pada umur 17 tahun.
Untuk 1 tahun terakhir dari tahun 2013 sampai sekarang, yang mempunyai riwayat
kehamilan dan persalinan pada umur 15-19 tahun kurang lebih berkisar 55 % dari
total pasien yang ada. Dan yang memang masuk dalam kehamilan di luar nikah
sekitar 35 % dan sisanya 20 % memang menikah diumur muda. Permasalahan ini
sangat membuat keprihatinan sendiri, khususnya saya
mewakili anggota Bidan yang lain yang menghadapi langsung permasalahan ini. Dan
hal itu juga membuat faktor resiko yang akan terjadi pada kehamilan dan
persalinan semakin tinggi karena belum adanya kesiapan secara keseluruhan baik
fisik, mental dan psikis dari anak tersebut untuk menjadi seorang ibu seperti
pendarahan yang dikarenakan anemia ( yg berhubungan dengan pola makanan
yang tidak bergizi ), BBLR dan lain sebagainya. Bahkan banyak pula yang
mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungannya atau Melakukan Tindakan
Aborsi. Dalam kasus ini kami mencoba untuk memberikan konseling untuk kehamilan
dini tersebut baik yang diluar nikah atau direncanakan. Dan mengikut sertakan
peran keluarga dalam penanganannya, tetapi justru sering kali dari pihak orang
tua atau keluarga tidak memperhatikan dan mempedulikan bahkan sudah seperti
mata rantai yang selalu terjadi dan berulang lagi di setiap keluarga. Hal
ini dikarenakan mayoritas remaja yang mengalami masalah kehamilan dini berasal
dari keluarga yang seperti itu pula ataupun keluarga yang Broken Home ( dengan
kasus perceraian ) sehingga kita sebagai bidan agak kesulitan karena kurangnya
dukungan dari Intern ( keluarga remaja itu sendiri ).
Dan selama ini kami mungkin lebih bisa membantu dalam pengawasan
kehamilannya dalam setiap kunjungan, memberikan konseling mengenai kehamilan
dan persalinan beserta resiko dan tanda bahaya, yang mungkin ini lebih berguna
karena merekapun biasanya belum pernah mengetahui apa-apa yang berhubungan
dengan kehamilan serta persalinan. Sehingga mungkin masih terasa asing menurut
mereka. Kami sebagai bidan lebih mengarahkan dan memposisikan pasien remaja
tersebut sebagai sahabat untuk mendengar keluh kesah dan sebagai motivator
untuk mereka secara langsung. Sehingga mereka akan merasa bahwa tidak terlalu
tersudut dan tersalahkan oleh kesalahan yang mereka buat sendiri. Dan dengan
itu kita bisa mencapai tujuan yaitu untuk keselamatan ibu serta bayinya
2.2 Penyelesaian Masalah
penyelesaian masalah langkah yang biasanya yang dilakukan yaitu dengan :
Mencoba untuk memberikan konseling untuk kehamilan dini tersebut baik yang
diluar nikah atau direncanakan. Dan mengikut sertakan peran keluarga dalam
penanganannya, tetapi justru sering kali dari pihak orang tua atau
keluarga tidak memperhatikan dan mempedulikan bahkan sudah seperti mata
rantai yang selalu terjadi dan berulang lagi di setiap keluarga. Hal ini
dikarenakan mayoritas remaja yang mengalami masalah kehamilan dini berasal dari
keluarga yang seperti itu pula ataupun keluarga yang Broken Home ( dengan kasus
perceraian ) sehingga kita sebagai bidan agak kesulitan karena kurangnya
dukungan dari Intern ( keluarga remaja itu sendiri ). Dan selama ini kami
mungkin lebih bisa membantu dalam pengawasan kehamilannya dalam setiap
kunjungan, memberikan konseling mengenai kehamilan dan persalinan beserta
resiko dan tanda bahaya, yang mungkin ini lebih berguna karena merekapun
biasanya belum pernah mengetahui apa-apa yang berhubungan dengan kehamilan
serta persalinan. Sehingga mungkin masih terasa asing menurut mereka. Kami
sebagai bidan lebih mengarahkan dan memposisikan pasien remaja tersebut sebagai
sahabat untuk mendengar keluh kesah dan sebagai motivator untuk mereka secara
langsung. Sehingga mereka akan merasa bahwa tidak terlalu tersudut dan
tersalahkan oleh kesalahan yang mereka buat sendiri. Dan dengan itu kita
bisa mencapai tujuan yaitu untuk keselamatan ibu serta bayinya. Selain
itupun ada beberapa penyelesaian masalah yang mungkin bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dini yaitu seperti :
1.
Memberikan pengarahan pada remaja untuk tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2.
MelakukanKegiatan positif
3.
Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif
misalnya perilaku sex.
4.
Jangan terjebak pada rayuan gombal
5.
Hindari pergi dengan orang yang tak dikenal
6.
Agar Mendekatkan diri pada Tuhan
7.
Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja,
kegiatan rohani dengan tokoh agama.
DAFTAR PUSTAKA
Komang Ayu Henny Achjar. (2010). Asuahan Keperawatan Keluarga.
Denpasar : Sagung Seto.
Marly, M Friedman. 2013. Keperawatn
Keluarga. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar