Selasa, 17 Maret 2015

Tumbuh Kembang Keluarga Tahap V

BAB I
PEMBAHASAN
1.1  Pengertian
       Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik seseorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja (Soetjiningsih, 2004).
Batasan remaja menurut WHO (Badan Kesehatan  Dunia) adalah usia 12 sampai 24 tahun. 
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Tujuan keluarga yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977).
Preto (1988), dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam masa remaja, menguraikan metamorphosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini meliputi “pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja, pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orang tua karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang dihadapi oleh kakek-nenek dalam usia tua”.
Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu yang paling banyak diperbincangkan dan di tulis (Kidwell et al, 1983).
Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell et al, 1983), serta konflik-konflik dan krisis berdasarkan perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antar orang tua dan remaja).
1.1.1        Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
a.       Menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya secara progresif dari hubungan dependen ke arah suatu hubungan yang semakin mandiri (independen).
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya orangtua, harus membuat “perubahan sistem” utama yaitu membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.
b.      Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Banyak sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan berbagai tanggung jawab sebagai orangtua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan mereka.
c.       Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.
Seringkali terdapat saling tolak-menolak antara orangtua dan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup. Orangtua yang berasal dari keluarga dengan berbagai macam masalah terbukti seringkali menolak dan memisahkan diri dari anak mereka yang tertua, sehingga mengurangi saluran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya.
Selain itu dalam buku Komang Ayu (2010) ditambahkan tugas perkembangan keluarga pada tahap V adalah memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab.
Duvall (1977) mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting pada masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan serupa bahwa tugas orangtua selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.
Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau sensitifitas yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam penerimaan diri yang sama. Hubungan antara orangtua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orangtua merasa produktif, puas, dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri (Kidwell et al, 1983) dan orangtua/keluarga berfungsi fleksibel (Preto, 1988).
Shultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka bahwa kompleksitas kehidupan Amerika yang meningkat telah membuat peran orangtua tidak jelas. Orang tua merasa berkompetisi dengan berbagai kekuatan sosial dan institusi-mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga berencana dan seks pranikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor lain menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi jabatan dan profesi, orangtua tidak lagi bisa membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya hubungan  orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan orangtua, selain ketidakmampuan banyak orangtua untuk mendiskusikan masalah-masalah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-anak mereka juga memberikan kontribusi pada masalah-masalah orangtua-remaja.
1.1.2  Masalah-Masalah Kesehatan
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat. Mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit koroner meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka lebih menerima strategi-strategi promosi kesehatan. Sedangakan pada remaja, kecelakaan, patah tulang dan cedera karena atletik umum terjadi.
Penyalagunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang-bidang perhatian yang relevan.
Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang dukungan dan bantuan memperkokoh hubungan perkawinandan hubungan remaja dengan orangtua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau memulai rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan. Pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan.


BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Contoh Kasus
Dalam Lingkup Ruang Klinik Bersalin Yuliana masalah kebidanan komunitas yang  banyak dijumpai yaitu adalah permasalahan Remaja. permasalahan yang sangat mencolok atau sangat tinggi presentasinya adalah  permasalahan remaja pada Kehamilan Dini ( yg dikarenakan sex bebas sehingga mengakibatkan pernikahan dini dan hamil diluar nikah ). Rata-Rata remaja yang mengalami  permasalahan tersebut berkisar antara umur 15-19 tahun ( Dibawah umur 20 tahun), dan  presentasi yang paling banyak adalah pada umur 17 tahun. Untuk 1 tahun terakhir dari tahun 2013 sampai sekarang, yang mempunyai riwayat kehamilan dan persalinan pada umur 15-19 tahun kurang lebih berkisar 55 % dari total pasien yang ada. Dan yang memang masuk dalam kehamilan di luar nikah sekitar 35 % dan sisanya 20 % memang menikah diumur muda. Permasalahan ini sangat membuat keprihatinan sendiri, khususnya saya mewakili anggota Bidan yang lain yang menghadapi langsung permasalahan ini. Dan hal itu juga membuat faktor resiko yang akan terjadi pada kehamilan dan persalinan semakin tinggi karena belum adanya kesiapan secara keseluruhan baik fisik, mental dan psikis dari anak tersebut untuk menjadi seorang ibu seperti pendarahan yang dikarenakan anemia ( yg  berhubungan dengan pola makanan yang tidak bergizi ), BBLR dan lain sebagainya. Bahkan  banyak pula yang mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungannya atau Melakukan Tindakan Aborsi. Dalam kasus ini kami mencoba untuk memberikan konseling untuk kehamilan dini tersebut baik yang diluar nikah atau direncanakan. Dan mengikut sertakan peran keluarga dalam penanganannya, tetapi justru sering kali dari pihak orang tua atau keluarga tidak memperhatikan dan mempedulikan bahkan sudah seperti mata rantai yang selalu terjadi dan  berulang lagi di setiap keluarga. Hal ini dikarenakan mayoritas remaja yang mengalami masalah kehamilan dini berasal dari keluarga yang seperti itu pula ataupun keluarga yang Broken Home ( dengan kasus perceraian ) sehingga kita sebagai bidan agak kesulitan karena kurangnya dukungan dari Intern ( keluarga remaja itu sendiri ).
Dan selama ini kami mungkin lebih bisa membantu dalam pengawasan kehamilannya dalam setiap kunjungan, memberikan konseling mengenai kehamilan dan persalinan beserta resiko dan tanda bahaya, yang mungkin ini lebih berguna karena merekapun biasanya belum pernah mengetahui apa-apa yang berhubungan dengan kehamilan serta persalinan. Sehingga mungkin masih terasa asing menurut mereka. Kami sebagai bidan lebih mengarahkan dan memposisikan pasien remaja tersebut sebagai sahabat untuk mendengar keluh kesah dan sebagai motivator untuk mereka secara langsung. Sehingga mereka akan merasa bahwa tidak terlalu tersudut dan tersalahkan oleh kesalahan yang mereka buat sendiri. Dan dengan itu kita bisa mencapai tujuan yaitu untuk keselamatan ibu serta bayinya
2.2 Penyelesaian Masalah
penyelesaian masalah langkah yang biasanya yang dilakukan yaitu dengan : Mencoba untuk memberikan konseling untuk kehamilan dini tersebut baik yang diluar nikah atau direncanakan. Dan mengikut sertakan peran keluarga dalam penanganannya, tetapi  justru sering kali dari pihak orang tua atau keluarga tidak memperhatikan dan mempedulikan  bahkan sudah seperti mata rantai yang selalu terjadi dan berulang lagi di setiap keluarga. Hal ini dikarenakan mayoritas remaja yang mengalami masalah kehamilan dini berasal dari keluarga yang seperti itu pula ataupun keluarga yang Broken Home ( dengan kasus  perceraian ) sehingga kita sebagai bidan agak kesulitan karena kurangnya dukungan dari Intern ( keluarga remaja itu sendiri ). Dan selama ini kami mungkin lebih bisa membantu dalam pengawasan kehamilannya dalam setiap kunjungan, memberikan konseling mengenai kehamilan dan persalinan beserta resiko dan tanda bahaya, yang mungkin ini lebih berguna karena merekapun biasanya belum pernah mengetahui apa-apa yang berhubungan dengan kehamilan serta persalinan. Sehingga mungkin masih terasa asing menurut mereka. Kami sebagai bidan lebih mengarahkan dan memposisikan pasien remaja tersebut sebagai sahabat untuk mendengar keluh kesah dan sebagai motivator untuk mereka secara langsung. Sehingga mereka akan merasa bahwa tidak terlalu tersudut dan tersalahkan oleh kesalahan yang mereka  buat sendiri. Dan dengan itu kita bisa mencapai tujuan yaitu untuk keselamatan ibu serta  bayinya. Selain itupun ada beberapa penyelesaian masalah yang mungkin bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan dini yaitu seperti :

1.    Memberikan pengarahan pada remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2.    MelakukanKegiatan positif
3.    Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4.    Jangan terjebak pada rayuan gombal
5.    Hindari pergi dengan orang yang tak dikenal
6.    Agar Mendekatkan diri pada Tuhan
7.    Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, kegiatan rohani dengan tokoh agama.






DAFTAR PUSTAKA
Komang Ayu Henny Achjar. (2010). Asuahan Keperawatan Keluarga. Denpasar : Sagung Seto.

Marly, M Friedman. 2013. Keperawatn Keluarga. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar